Model Pembelajaran Penjasorkes
Menurut Joyce dan Weil yang dikutip
Suharno, Sukardi, Chotijah dan Suwalni S (1998: 25-26) bahwa, “Model
pembelajaran adalah
suatu
rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (suatu rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran
dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang
lain. Menurut Nurulwati yang dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Maksud dari
model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi guru perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”.
Pada dasarnya model
pembelajaran pendidikan
kesegaran
jasmani menekankan pentingnya bentuk kegiatan berupa suatu perpaduan antara bentuk-bentuk aktivitas bebas (self testing activities) dan bentuk-bentuk permainan tim (team games)
yang kesemuanya itu selalu dimulai dari yang paling sederhana (pedia) sampai ke tingkat yang
lebih kompleks/sulit (ludus),
baik horisontal (dalam kelompok itu sendiri), maupun
vertikal (jenjang
kelompok/kelas)
dan materi aktivitasnya disusun dalam satu paket/kemasan.
Dengan perencanaan yang baik maka program
pendidikan jasmani akan menjadi lebih potensial dalam memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan
pada umumnya dan
bagi kepentingan sekolah pada khususnya,
terutama bagi
kepentingan dan kebutuhan siswa. Model pembelajaran ini pada dasarnya lebih mengarah kepada usaha pengembangan budaya hidup
sehat aktif kepada para siswa
melalui aktivitas jasmani dengan mengabaikan hasil
pelaksanaan tugas (prestasi). Disamping itu, model pendidikan kesegaran
jasmani juga lebih
menekankan partisipasi maksimal, kesenangan (enjoy), fun, dan mengembangkan
daya kreasi. Oleh karena itu, karakteristik
dan misi pendidikan jasmani sekolah
termasuk sekolah dasar model pembelajaran yang digunakan harus mengandung
unsur-unsur pendidikan rekreasi, pendidikan olahraga, pendidikan/pengalaman gerak, kesegaran jasmani dan sifatnya harus serial (sequental progresive), baik vertikal (sesuai dengan jenjang kelas/usianya) maupun horisontal (sesuai dengan
kondisi kelas yang heterogen).
Selain beberapa model pembelajaran diatas, ada satu model pembelajaran
pendidikan jasmani yang disampaikan Cholik Mutohir
(1992: 39) dengan istilah pendekatan
modifikasi olahraga. Modifikasi olahraga dimaksudkan untuk mengganti model pengajaran tradisional. Modifikasi dapat dilakukan pada alat, ukuran lapangan,
aturan permainan dan
sebagainya.
Seorang
guru
dikatakan berhasil apabila ia
dapat mencapai kepuasan profesional dan ia secara kreatif mampu menggunakan berbagai keterampilan mengajar
serta
berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan pembelajaran. Guru
harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada
secara optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi
dimana anak terangsang untuk senang belajar.
Label: PENJASKES
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda